Siang
ini khotbah jum’at terasa berbeda saat udara terik di masjid pinggiran kota
Jakarta, karena sang Khatib memberikan ceramah cerita yang berisi filsafah
hidup dari kisah kakek tua penanam kurma.
Dimulai
saat seorang pemimpin (Raja) ingin melihat secara langsung kehidupan rakyatnya,
lalu berangkatlah raja itu dengan para pengawalnya mengitari padang pasir dan
semua wilayah kekuasaannya. hampir seluruh wilayah kekuasaan telah raja lewati
namun tidak ada satu hal pun yang membuat sang raja tertarik unruk turun tangan
maupun membantu. Hingga saat rombongannya terhenti di sudut pinggiran desa, ada
seorang kakek yang sudah sangat tua dengan muka berseri tengah sibuk menyemai
bibit kurma. Raja pun tertegun lalu menghampiri kakek itu.
Raja
: wahai kakek untuk apa engkau menyemai bibit
kurma itu?
Kakek
: untuk hamba jadikan bibit dan kemudian
hamba tanam ya tuanku.
Raja
:
berapa usiamu sekarang kek?
Kakek
: 90 tahunan tuanku
Raja
: lantas untuk apa kau tanam kurma itu sedang
usiamu saja sudah tua?
Apakah engkau yakin bisa menuai hasilnya
kelak?
Kakek
: Hamba memang sudah tua dan hamba
tidak pernah berkeinginan untuk
memanen kurma ini kelak.
Raja
: lantas kenapa masih saja kau tanam kurma itu
hingga tersibukkan
olehnya? Apalagi kau sendiri tak
berminat menuai hasilnya?
Sambil tersenyum kakek itu berkata,
Kakek
: dari sejak hamba kecil dulu hingga sekarang hamba selalu menikmati
Buah yang di tanam oleh ayah bahkan kakek
nenek moyang hamba sebelumnya.
Dan sekarang hamba menanam kurma ini
untuk anak cucu hamba kelak.
Mendengar jawaban sang kakek yang begitu
arif sang raja pun tersentuh dan bersimpati. Kemudian sang raja memberikan
kakek itu hadiah yang besar.
Kakek
: tuanku raja... ketahuilah bahwa inilah buah kebaikan yang telah hamba
tuai hasilnya dari menanam kebaikan demi masa depan.
Dari
cerita tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwasanya Allah S.W.T selalu membalas
sekecil apapun amal baik dan buruk kita.
Dan
juga sebagai umat manusia sudah selayaknya marilah kita selalu membiasakan diri
untuk menabur kembali sesuatu yang sudah kita nikmati agar tak habis sampai
masa berikutnya dan kehidupan pun senantiasa berjalan seimbang serta
berkesinambungan.
Amien...
“jangan
lupa untuk senantiasa menuai dan menabur kembali”
Selalu
berbagi dalam kesederhanaan apapun yang kita.
Wassalam...
bagus bagus sayang....
BalasHapus