Jumat, 13 April 2012

Kisah kakek penanam kurma



Siang ini khotbah jum’at terasa berbeda saat udara terik di masjid pinggiran kota Jakarta, karena sang Khatib memberikan ceramah cerita yang berisi filsafah hidup dari kisah kakek tua penanam kurma.
Dimulai saat seorang pemimpin (Raja) ingin melihat secara langsung kehidupan rakyatnya, lalu berangkatlah raja itu dengan para pengawalnya mengitari padang pasir dan semua wilayah kekuasaannya. hampir seluruh wilayah kekuasaan telah raja lewati namun tidak ada satu hal pun yang membuat sang raja tertarik unruk turun tangan maupun membantu. Hingga saat rombongannya terhenti di sudut pinggiran desa, ada seorang kakek yang sudah sangat tua dengan muka berseri tengah sibuk menyemai bibit kurma. Raja pun tertegun lalu menghampiri kakek itu.

Raja    :  wahai kakek untuk apa engkau menyemai bibit kurma itu?
Kakek :  untuk hamba jadikan bibit dan kemudian hamba tanam ya tuanku.
Raja    :  berapa usiamu sekarang kek?
Kakek :  90 tahunan tuanku
Raja    :  lantas untuk apa kau tanam kurma itu sedang usiamu saja sudah tua?
              Apakah engkau yakin bisa menuai hasilnya kelak?
Kakek :   Hamba memang sudah tua dan hamba tidak pernah berkeinginan untuk  
     memanen kurma ini kelak.
Raja    :  lantas kenapa masih saja kau tanam kurma itu hingga tersibukkan
    olehnya? Apalagi kau sendiri tak berminat menuai hasilnya?
              Sambil tersenyum kakek itu berkata,
Kakek : dari sejak hamba kecil dulu hingga sekarang hamba selalu menikmati 
Buah yang di tanam oleh ayah bahkan kakek nenek moyang hamba  sebelumnya.
Dan sekarang hamba menanam kurma ini untuk anak cucu hamba kelak.
Mendengar jawaban sang kakek yang begitu arif sang raja pun tersentuh dan bersimpati. Kemudian sang raja memberikan kakek itu hadiah yang besar.
Kakek : tuanku raja... ketahuilah bahwa inilah buah kebaikan yang telah hamba
   tuai hasilnya dari menanam kebaikan demi masa depan.

Dari cerita tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwasanya Allah S.W.T selalu membalas sekecil apapun amal baik dan buruk kita.
Dan juga sebagai umat manusia sudah selayaknya marilah kita selalu membiasakan diri untuk menabur kembali sesuatu yang sudah kita nikmati agar tak habis sampai masa berikutnya dan kehidupan pun senantiasa berjalan seimbang serta berkesinambungan.
Amien...
“jangan lupa untuk senantiasa menuai dan menabur kembali”
Selalu berbagi dalam kesederhanaan apapun yang kita.
Wassalam...


1 komentar: