BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Struktur sosial adalah susunan masyarakat secara hierarkis, baik
secara vertikal maupun secara horizontal. Sifatnya dinamis sesuai dengan
perkembangan zaman. Menurut Maurice Duverger Struktur sosial mencakup
keterampilan teknologis, lembaga-lembaga dan kultur. Sedangkan menyangkut hal
perubahan struktur sosial tentunya tak lepas dari faktor yang menyebabkan
perubahan itu sendiri. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu
perubahan pada masyarakat, biasanya akibat sesuatu yang dianggap sudah tidak
lagi memuaskan, sehingga manusia berupaya untuk mengatasinya dengan segala
cara, salah satunya adalah menciptakan teknologi. Secara garis besar faktor
penyebab perubahan dapat dikelompokkan dalam dua perspektif, yaitu materialistic
factors dan idealistic factors.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Ruang lingkup perubahan
kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam
prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit
untuk dipisahkan menurut pemikiran S. Soekanto, 1990. Perubahan kebudayaan
bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut
dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat merupakan
sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar
sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul
karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran
secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Soemardjan
(1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai
aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan,
cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi
kebutuhannya, dan untuk itu manusia menciptakan teknologi sebagai wujud usaha
mereka untuk mencapai keinginan dan memenuhi kebutuhannya.
B. Identifikasi
Masalah
Pada Latar belakang tersebut cukup menjelaskan betapa kebudayaan
merupakan bagian dari struktur sosial.
Sedangkan perubahan struktur sosial merupakan bagian dari efek perkembangan kebudayaan yang juga meliputi
perkembangan teknologi, sehingga terdapat hubungan keterkaitan yang patut
dikaji diantaranya adalah:
1. Apa
sajakah pengaruh teknologi terhadap struktur sosial?
2. Dan
seberapa besar pengaruh itu sendiri?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasan perspektif materialis
yang menggunakan teori Marx, Veblen, Ogburn dan Ilmuan lainnya terdapat
pandangan materialistis mengenai mekanisme perubahan dalam pernyataan
terkenalnya seperti berikut:
-Kincir angin menimbulkan masyarakat feodal
-Mesin uap menimbulkan masyarakat
kapitalis-industri
Seperti yang diakui oleh Marx sendiri,
hubungan antara teknologi jauh lebih rumpil dari pada yang di ungkapkan dalam
pernyataan sederhana di atas. Perubahan
sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Menurut Hirschman kebosanan
manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Dimana manusia merasa
perlu melakukan perubahan tertentu untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan.
Perubahan yang di inginkan manusia tak hanya sebatas peningkatan perekonomian
untuk memenuhi kebutuhannya, namun juga banyak hal lain, misalnya saja
menginginkan tahta, bentuk tubuh yang di dambakan, komunitas tertentu yang
diminati, dan sebagainya.
Perubahan sosial budaya terjadi karena banyak faktor, di antaranya
adalah faktor teknologi yang diciptakan untuk mendukung mobilitas masyarakat
yang tanpa di sadari ternyata juga membawa banyak pengaruh / faktor lain yang
meliputi banyak aspek seperti faktor internal yaitu perubahan pada pola komunikasi perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi. Sedangkan sebab dari
faktor eksternalnya adalah bencana alam, perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Selain faktor pendukung perubahan sosial budaya, terdapat pula
beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya
hubungan komunikasi dengan masyarakat lain, perkembangan IPTEK yang lambat,
sifat masyarakat yang sangat tradisional, ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam
masyarakat, prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru, rasa takut jika
terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan, hambatan ideologis, dan pengaruh adat atau kebiasaan.
Terdapat banyak sekali
manfaat positif dari teknologi yang mengacu pada teori Marx, sekalipun dalam
realitanya banyak pula dampak negatif dari teknologi yang terkadang bagaikan
dua mata koin yang saling melekat dari dampak teknologi yang merubah sruktur
sosial menjadi lebih baik hingga sangat buruk, terlebih jika terjadi
penyalahgunaan teknologi untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Berikut adalah
beberapa dampak teknologi terhadap struktur sosial yang terjadi di Indonesia:
Pengaruh positif teknologi di bidang Ilmu
Pengetahuan / keterampilan teknologis (Perspektif Materialis):
I. Penguasaan keterampilan teknologi untuk
pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder
Kubu perspektif materialis memandang bahwa perubahan sosial terjadi karena
adanya faktor material yang menyebabkannya. Faktor material tersebut
diantaranya adalah faktor ekonomi dan teknologi yang berhubungan dengan ekonomi
produksi. Pada dasarnya, perspektif ini menyatakan bahwa teknologi baru atau
moda produksi baru menghasilkan perubahan pada interaksi sosial, organisasi
sosial dan pada akhirnya menghasilkan nilai budaya, kepercayaan dan
norma.Perspektif materialistis bertumpu pada pemikiran Marx yang menyatakan
bahwa kekuatan produksi berperan penting dalam membentuk masyarakat dan
perubahan sosial. Marx memberikan penjelasan bahwa pada masa teknologi masih
terbatas pada kincir angin memberikan bentuk tatanan masyarakat yang feodal,
sedangkan ketika mesin uap telah ditemukan tatanan masyarakat menjadi
bercirikan industrial kapitalis. Perspektif ini melihat bahwa bentuk pembagian
kelas-kelas ekonomi merupakan dasar anatomi suatu masyarakat.
Peran penemuan
teknologi baru di dalam perubahan sosial sangat besar, karena dengan adanya
penemuan teknologi baru menyebabkan perubahan moda produksi dalam masyarakat.
Masuknya teknologi telah dapat meningkatkan produktivitas dan pada akhirnya
menghasilkan kesempatan kerja pada industri-industri baru yang bermunculan di
kota besar.
2. Pengembangan bakat teknologis
Dengan
adanya satu teknologi yang di temukan dan berguna bagi manusia, maka secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola fikir masyarakat untuk
membuat teknologi serupa bahkan lebih inovatif yang tak lain untuk mendukung
mobilitas dan meningkatkan taraf hidup. Hal ini terbukti dari makin beragamnya
aneka macam teknologi di sekitar kita mulai dari teknologi yang bersifat
komersil, teknologi yang bersifat edukasi, hiburan maupun alat bantu dalam
menyelesaikan atau mendukung kinerja manusia, seperti halnya komputer dan telepon. Telepon
merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara
(terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi
dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga
memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna
lainnya.Sejarah perkembangan dimulai dari tahun 1940, yaitu telepon mobile
pertama kali digunakan secara komersial. Kemudian terus berkembang hingga
seperti sekarang ini Contoh dari
perkembangan telepon cukup memberikan suatu asumsi bagi kita bahwa dari waktu
kewaktu teknologi akan terus berkembang karena faktor persaingan, gaya hidup,
dan untuk pemenuhan keinginan manusia. Dengan satu teknologi manusia senantiasa
belajar dan memahami teknologi tersebut untuk dikembangkan dan telah terbukti
bahwa teknologi juga membawa peranan penting dalam keterampilan penguasaan
teknologis.
Pengaruh positif teknologi di bidang lembag /tata pemerintahan (Teori Barrington Moore)
1. Modernisasi pola fikir dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi
Peran
pemerintah sebagai sumber perubahan tidak dapat berjalan dengan sendirinya.
Salah satu faktor pendorong yang tidak dapat diabaikan adalah teknologi.
Perkembangan teknologi modern memberikan andil yang sangat besar dalam membawa
perubahan pada masyarakat perdesaan. BIMAS dapat berjalan dengan sukses karena
adanya inovasi teknologi di bidang pertanian. Demikian pula dengan program
pembangunan perdesaan lainnya. Perkembangan teknologi kesehatan, transportasi
dan komunikasi turut memberi warna dalam “keberhasilan” perubahan kebudayaan
masyarakat perdesaan.
Catatan
perjalanan pembangunan di Indonesia telah banyak diulas oleh para peneliti.
Salah satunya hasil penelitian Soemardjan dan Breazeale. Penelitian yang
mengulas tentang perubahan budaya pada masyarakat pedesaan Indonesia sebagai
akibat kebijakan pembangunan pedesaan yang diambil oleh pemerintah orde
baru. Kebijakan pembangunan perdesaan yang dilakukan oleh pemerintah
diwujudkan dengan modernisasi, sebuah pendekatan pembangunan yang lazim
dilakukan oleh negara berkembang. Fokus telaah dalam penelitian ini adalah
beberapa program pembangunan perdesaan, antara lain; listrik masuk desa,
informasi masuk desa, pemberantasan buta huruf, PKK, KB, KUD dan intensifikasi
pertanian (BIMAS).
Pembangunan
perdesaan dengan perspektif modernisasi berasumsi pada dua kutub yang saling
berbeda, yaitu pemerintah dalam posisi superior (pusat) dan masyarakat
perdesaan sebagai posisi inferior (periferi). Perubahan selalu berasal dari
pemerintah yang “menganggap dirinya lebih maju” dibandingkan masyarakat
perdesaan. Budaya tradisional dianggap sebagai salah satu penghambat sehingga
perlu digantikan oleh budaya modern yang lebih produktif. Orientasi utama
pembangunan perdesaan adalah pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat
perdesaan yang pada akhirnya akan meningkatkan pula taraf ekonomi bangsa.
Pemikir
fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan-tekanan kemudian
terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung
tidak sempurna. Artinya teori ini melihat adanya ketidakseimbangan yang abadi
yang akan berlangsung seperti sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan baru.
Variabel yang menjadi perhatian teori ini adalah struktur sosial serta berbagai
dinamikanya. Penyebab perubahan dapat berasal dari dalam maupun dari luar
sistem sosial. Perubahan kebudayaan ini dapat terjadi karena adanya faktor
pendorong yaitu pemerintah. Pemerintah telah menjadi pihak yang memberikan
introduksi dari luar sistem sebuah perubahan melalui pogram pembangunan
perdesaan.
2. Sebagai
sarana pendukung proses demokratisasi
salah satu teknologi yang mendukung
proses demokratisasi adalah hadirnya media komunikasi yang terdiri dari banyak
fungsi dan bagian, misalnya seperti
pers. Pers adalah badan yang membuat penerbitan media massa secara berkala,
definisi terminologisnya adalah media massa cetak atau media cetak.
Pers merupakan salah satu sarana
bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat serta memiliki
peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab
memegang peranan penting dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu
unsur bagi negara dan pemerintahan yang demokratis. Menurut Miriam Budiardjo,
bahwa salah satu ciri negara demokrasi adalah memiliki pers yang bebas dan
bertanggung jawab.
Sedangkan, Inti dari demokrasi adalah adanya
kesempatan bagi aspirasi dan suara rakyat (individu) dalam mempengaruhi sebuah
keputusan. Dalam Demokrasi juga diperlukan partisipasi rakyat, yang muncul dari
kesadaran politik untuk ikut terlibat dan andil dalam sistem pemerintahan. Pada
berbagai aspek kehidupan di negara ini, sejatinya masyarakat memiliki hak untuk
ikut serta dalam menentukan langkah kebijakan suatu Negara.
Pers juga merupakan pilar demokrasi keempat setelah
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pers sebagai kontrol atas ketiga pilar itu
dan melandasi kinerjanya dengan check and balance. untuk dapat melakukan
peranannya perlu dijunjung kebebasan pers dalam menyampaikan informasi publik
secara jujur dan berimbang. disamping itu pula untuk menegakkan pilar keempat
ini, pers juga harus bebas dari kapitalisme dan politik. pers yang tidak
sekedar mendukung kepentingan pemilik modal dan melanggengkan kekuasaan politik
tanpa mempertimbangkan kepentingan masyarakat yang lebih besar.
Pengaruh positif teknologi di bidang
sosial dan budaya:
1. Kerjasama antar varian kelas
Kelas
dalam pandangan Weber merupakan sekelompok orang yang menempati kedudukan yang
sama dalam proses produksi, distribusi maupun perdagangan. Pandangan Weber
melengkapi pandangan Marx yang menyatakan kelas hanya didasarkan pada
penguasaan modal, namun juga meliputi kesempatan dalam meraih keuntungan dalam
pasar komoditas dan tenaga kerja. Keduanya menyatakan kelas sebagai kedudukan
seseorang dalam hierarkhi ekonomi. Sedangkan status oleh Weber lebih ditekankan
pada gaya hidup atau pola konsumsi. Namun demikian status juga dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti ras, usia dan agama (Beteille, 1970).
Kemunculan
kelas-kelas sosial baru dapat terjadi dengan adanya dukungan perubahan moda
produksi sehingga menimbulkan pembagian dan spesialisasi kerja serta hadirnya
organisasi modern yang bersifat kompleks. Perubahan tatanan masyarakat dari
yang semula tradisional agraris bercirikan feodal menuju masyarakat industri
modern memungkinkan timbulnya kelas-kelas baru. Kelas merupakan perwujudan
sekelompok individu dengan persamaan status. Status sosial pada masyarakat
tradisional seringkali hanya berupa ascribed status seperti gelar
kebangsawanan atau penguasaan tanah secara turun temurun. Seiring dengan
lahirnya industri modern, pembagian kerja dan organisasi modern turut
menyumbangkan adanya achieved status, seperti pekerjaan,
pendapatan hingga pendidikan.
Pengaruh negatif teknologi di bidang Ilmu
Pengetahuan / keterampilan teknologis
1. Hambatan dari dunia artifisial
Memang
tidak semua orang terkena imbas dari teknologi. Baik dari penggunaan yang
disengaja maupun tidak disengaja (karena faktor lingkungan), namun sebenarnya
banyak pula pengaruh teknologi yang tanpa disadari sudah menghambat seseorang
dalam memperoleh ilmu maupun mengembangkan bakat lainnya, karena teknologi
mampu memenjarakan seseorang dalam ketergantungan dan mengekang manusia dalam
kesadarannya mengenai makna dari keaslian benda maupun nilai-nilai ilmu. Hal
ini diakibatkan oleh efek dari penggunaan teknologi itu sendiri maupun karena
kebiasaan penggunanya yang menggantungkan banyak hal dengan bantuan teknologi.
Sebagai contoh nyatanya dampak teknologi terhadap ilmu pengetahuan dan
keterampilan teknologis jika di pandang dari sudut negatifnya adalah:
-Terpenjara oleh teknologi
Seseorang
yang terpenjara oleh teknologi (seperti para pecandu game) sehingga menguras
waktu dan perlahan mengubah cara berfikirnya mengenai ketidakpentingan lagi
dalam hal lain termasuk ilmu pengetahuan / pendidikan yang seharusnya mampu
memberikan skill atau keterampilan pada orang tersebut
-Kesesatan pada dunia artifisial
Dunia
tiruan dalam makna atau sudut pandang budaya mengandung arti seperti nilai
nilai kehidupan misalnya sosialisasi / komunikasi antar manusia yang digantikan
dengan internet atau media jejaring sosial. Sedangkan dalam konteks ilmu /
pendidikan sendiri dunia tiruan banyak mempengaruhi pemikiran manusia akan
pengetahuan, dimana mereka banyak mengambil pelajaran dari dunia tiruan (dalam
konteks internet) untuk dijadikan acuan bahkan guru, sekalipun pada dasarnya
banyak kesalahan penafsiran yang terjadi di internet sehingga akan menyesatkan
seseorang dalam mengembangkan ilmu atau bakatnya.
2. Penyalahgunaan keterampilan teknologis
Pada
awalnya semua pendidikan ditujukan untuk mendapatkan perubahan yang bersifat
positif, namun pada akhirnya sering kali tujuan itu diselewengkan dengan
berbagai alasan. Contohnya adalah kasus prostitusi,penculikan, pemerkosaan
hingga pembunuhan yang dilakukan melalui media jejaring sosial. Contoh lainnya
adalah Seorang Hacker dengan kemampuannya melakukan penerobosan sistem sebuah
lembaga atau perusahaan, mereka dapat melakukan perampokan dengan tidak perlu
merampok langsung ke Bank dan tempat-tempat lainnya, cukup dengan melakukan
pembobolan system keuangan atau
informasi penting, maka mereka akan dapat keuntungan, dan sulit untuk dilacak
pelakunya. Selain itu, dengan adanya pengolahan data dengan system Teknologi,
sering kali kita temukan adanya terjadi kecurangan dalam melakukan analisis
data hasil penelitian yang dilakukan oleh siswa ataupun mahasiswa, ini mereka
lakukan untuk mempermudah kepentingan pribadi, dengan mengabaikan hasil
penelitian yang dilakukan.
Pengaruh negatif teknologi pada lembaga / tata
pemerintahan
I. Memicu terjadinya konflik antar negara untuk
berkuasa
Negara yang mempunyai
teknologi canggih dan lengkap biasanya memiliki potensi dalam memicu masalah
konflik. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa mereka akan mampu menghadapi apapun
rintangan yang menghalanginya dalam mencapai tujuan dengan menggunakan
teknologinya. Seperti halnya upaya pemerintahann Amerika, Israel dan lainnya
yang menempatan satelit-satelit pengintai di langit negara targetnya, juga kapal-kapal induk
pertahanan dan lain-lain yang dianggap ancaman, karena upaya tersebut dilakukan
untuk menguasai serta mempengaruhi negara yang bersangkutan. Contoh lain yang
juga mudah di lihat adalah upaya Amerika dan para sekutunya dalam memprovokasi
Iran atas pengayaan uranium untuk nuklirnya. Amerika yang notabennya negara
adidaya dengan kelebihan teknologinya merasa Iran adalah ancaman yang dapat
menggangu kepentinganya dalam menguasai dunia dalam berbagai cara, sehingga
timbulah konflik karena pertentangan pendapat yang mendasar dari kedua negara,
yaitu atas kepentingannya Amerika memprovokasi dunia jika Iran adalah ancaman
karena memproduksi senjata senjata nuklir pemusnah massal, sedangkan Iran sendiri
mengaku bahwa tindakannya itu dilakukan hanya untuk menjaga pertahanan
negaranya. Contoh lain yang terhangat adalah propaganda Amerika dan negara
sekutunya dalam memprovokasi rakyat Syria dengan memberikan citra buruk
pemimpinnya agar dapat menjatuhkan rezim Bashar Al-Assad. Dalam berbagai sumber
bahkan disebutkan bahwa CIA (Central Intelligence Agency) milik Amerika
mempersenjatai para oposisi Syiria untuk melawan rezim Bashar Al-Assad. Di sisi
lain CIA juga menguasai semua stasiun TV di Syiria yang mayoritas di pegang oleh kaum Yahudi
untuk memberitakan hal buruk / provokasi agar rakyat Syria semakin membenci
pemimpinnya. Disaat yang bersamaan upaya klarifikasi sang presiden melalui
media televisi selalu di gagalkan. Politik adu domba tersebut dilakukan Amerika
dan sekutunya untuk menjatuhkan rezim Bashar dan kemudian menggantinya dengan
orang yang mudah di atur untuk kepentingannya.
Pengaruh negatif teknologi terhadap bidang
sosial dan budaya:
1. Stratifikasi yang memicu konflik
Dalam penilaian Marx, penguasaan keterampilan teknologi selain untuk
pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder Marx juga melihat pada
moda produksi kapitalis bersifat labil dan pada akhirnya akan hilang. Hal ini
disebabkan pola hubungan antara kaum kapitalis dan kaum buruh yang bercirikan
pertentangan akibat eksploitasi besar-besaran oleh kaum kapitalis. Kaum buruh
merupakan kaum proletar yang kesemuanya telah menjadi “korban” eksploitasi kaum
borjuis. Marx meramalkan akan terjadi suatu keadaan dimana terjadi kesadaran
kelas di kalangan kaum proletar. Kesadaran kelas ini membawa dampak pada adanya
kemauan untuk melakukan perjuangan kelas untuk melepaskan diri dari
eksploitasi, perjuangan ini dilakukan melalui revolusi. Menurut Marx terdapat
tiga tema menarik ketika kita hendak mempelajari perubahan sosial, yaitu :
- Perubahan sosial menekankan pada kondisi materialis yang berpusat pada
perubahan cara atau teknik produksi material sebagai sumber perubahan
sosial budaya.
- Perubahan sosial utama adalah kondisi material dan cara produksi dan
hubungan sosial serta norma-norma kepemilikan.
- Manusia menciptakan sejarah materialnya sendiri, selama ini mereka
berjuang menghadapi lingkungan materialnya dan terlibat dalam
hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam proses pembentukannya. Kemampuan
manusia untuk membentuk sejarahnya sendiri dibatasi oleh keadaan
lingkungan material dan sosial yang telah ada.
Dalam konsepsi Marx,
perubahan sosial ada pada kondisi historis yang melekat pada perilaku manusia
secara luas, tepatnya sejarah kehidupan material manusia. Pada hakikatnya
perubahan sosial dapat diterangkan dari sejumlah hubungan sosial yang berasal
dari pemilikan modal atau material. Dengan demikian, perubahan sosial hanya
mungkin terjadi karena konflik kepentingan material atau hal yang bersifat
material. Konflik sosial dan perubahan sosial menjadi satu pengertian yang
setara karena perubahan sosial berasal dari adanya konflik kepentingan material
tersebut.
Selain Marx, tokoh yang
menyajikan pendapat tentang perspektif materialis adalah Ogburn. Ogburn
menyoroti mengenai teknologi yang telah menyebabkan perubahan sosial di
Amerika. Ogburn berpendapat bahwa budaya material berubah lebih cepat
dibandingkan dengan budaya non material yang dapat menyebabkan terjadinya
cultural lag. Teknologi dapat menyebabkan perubahan sosial melalui tiga cara
yang berbeda, yaitu:
I. Teknologi baru mampu meningkatkan berbagai kemungkinan dalam masyarakat.
Suatu hal yang tidak mungkin dilakukan pada masa lalu akan menjadi mungkin
dengan teknologi.
II. Teknologi baru merubah pola interaksi dalam masyarakat.
III. Teknologi baru menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan hidup baru
bagi masyarakat
Perubahan lain yang
sangat mendasar adalah munculnya kelas ekonomi baru yaitu kaum pemilik modal
(pengusaha) dan buruh. Karena moda produksi merupakan gabungan antara kekuasaan
produksi (forces of production) dan hubungan produksi (relation of production).
Unsur hubungan produksi disini menunjuk pada hubungan institusional atau
hubungan sosial dalam masyarakat yang pada artinya menunjuk pada struktur
sosial. Karakteristik hubungan produksi ini sekaligus merupakan faktor penciri
yang membedakan satu dan tipe lain dari moda produksi dalam masyarakat.
Tipe-tipe moda produksi, antara lain :
I. Produksi subsisten, yaitu usaha pertanian tanaman
pangan dimana hubungan produksi terbatas dalam keluarga inti dan hubungan
antara pekerja bersifat egaliter.
II. Produksi komersialis, yaitu usaha pertanian
ataupun luar pertanian yang sudah berorientasi pasar dimana hubungan produksi
menunjuk pada gejala eksploitasi surplus melalui ikatan kekerabatan dan
hubungan sosial antara pekerja yang umumnya masih kerabat bersifat egaliter
namun kompetitif.
III. Produksi kapitalis, yaitu usaha padat modal
berorientasi pasar dimana hubungan produksi mencakup struktur buruh-majikan
atau tenaga kerja-pemilik modal. Kapitalisme telah menyebabkan eksploitasi
tenaga kerja besar-besaran. Upah yang diberikan oleh pemilik modal hanyalah
upah semu saja, karena nilai lebih yang dihasilkan oleh barang industri tidaklah
seimbang dengan “pengorbanan” yang dilakukan oleh buruh. Kapitalisme juga telah
membelenggu kreativitas buruh. Terlebih dengan adanya introduksi mesin-mesin
industri menjadikan buruh semakin tersisih dan persaingan diantara buruh
menjadi ketat. Akibat dari semua ini adalah ketidakberdayaan buruh dalam
menolak upah rendah, yang ada adalah keterpaksaan bekerja dengan upah rendah
daripada harus tidak menerima upah sama sekali.
Teori Inkonsistensi Status
Teori
inkonsistensi status telah mencoba menelaah tentang adanya inkonsistensi dalam
individu sebagai akibat berbagai status yang diperolehnya. Konsep ini
memberikan gambaran bagaimana tentang proses kemunculan kelas-kelas baru dalam
masyarakat sehingga menimbulkan perubahan stratifikasi sosial yang tentu saja
mempengaruhi struktur sosial yang telah ada. Apabila dilihat lebih jauh,
kemunculan kelas baru ini akan menyebabkan semakin ketatnya kompetisi antar
individu dalam masyarakat baik dalam perebutan kekuasaan atau upaya
melanggengkan status yang telah diraih. Fenomena kompetisi dan konflik yang
muncul dapat dipahami sebagai sebuah mekanisme interaksional yang memunculkan
perubahan sosial dalam masyarakat.
Stratifikasi sosial
pada masyarakat pra-industrial belum terlalu terlihat dengan jelas dibandingkan
pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya derajat
perbedaan yang timbul oleh adanya pembagian kerja dan kompleksitas organisasi.
Status sosial masih terbatas pada bentuk ascribed status, yaitu suatu bentuk
status yang diperoleh sejak dia lahir. Mobilitas sosial sangat terbatas dan
cenderung tidak ada. Krisis status mulai muncul seiring perubahan moda produksi
agraris menuju moda produksi kapitalis yang ditandai dengan pembagian kerja dan
kemunculan organisasi kompleks.
Perubahan moda produksi
menimbulkan masalah yang pelik berupa kemunculan status-status sosial yang baru
dengan segala keterbukaan dalam stratifikasinya. Pembangunan ekonomi seiring
perkembangan kapitalis membuat adanya pembagian status berdasarkan pendidikan,
pendapatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Hal inilah yang menimbulkan
inkonsistensi status pada individu.
2.
Berkurangnya rasa sosial
Dalam mengikuti perkembangan
zaman kita sebagai konsumen dari teknologi, banyak kontradiksi yang terjadi di
dalam menjalankan kehidupan sosial disebabkan oleh kemajuan teknologi pada saat
ini membuat kepentingan individu lebih tinggi dari kepentingan umum-nya, dengan
kata lain, kemajuan teknologi membuat rasa sosial seseorang berkurang. Dan
dampak dari kemajuan teknologi berpengaruh pada hubungan keluarga, sejawat
serta lingkungan kehidupan keseharian yang mengakibatkan manusia secara
individu terdorong untuk menutup diri dari lingkungan sekitar kehidupannya.
Misalnya saja dengan hadirnya media komunikasi seperti phonsel, internet dan
lain sebagainya.
Dalam kemajuan teknologi rasa
sosialisasi manusia semakin berkurang dan banyak menimbulkan rasa prasangka
terhadap sesama, sehingga dalam pertumbuhan sosial manusia saat ini banyak
terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain-nya, oleh karena itu,
pertumbuhan sosial sangat di pengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
menyebabkan adanya kemajuan dan kemunduran di dalamnya, sehingga mengarahkan
pertumbuhan sosial pada saat ini untuk melakukan kehidupan secara
individualistis dan lebih ke-efesiensi. Hal ini sangat jelas terasa dalam
kehidupan pada saat ini, sehingga kemajuan teknologi memaksa terjadinya
perubahan sosial dalam bidang pola hidup seseorang untuk menjadi seseorang yang
kapitalisme dan menciptakan seseorang tumbuh dengan kepentingan pribadi lebih
tinggi dari kepentingan umum.
BAB
III
PENUTUP
C. Kesimpulan dan saran
Struktur sosial adalah susunan masyarakat secara hierarkis, baik
secara vertikal maupun secara horizontal. Sifatnya dinamis sesuai dengan
perkembangan zaman. Seiring dengan perkembangan zaman, kejenuhan, tuntutan
hidup dan perasaingan membuat manusia merasa perlu mengatasinya dengan membuat
teknologi. Namun teknologi yang diciptakan untuk mengubah tatanan struktur
sosial menjadi lebih baik ternyata juga membawa dampak negatif baik dari
pengaruhnya maupun dari penyalahgunaannya oleh manusia sendiri. sehingga
kedinamisan struktur sosial menjadi hilang karena perubahan yang terjadi di
dalamnya oleh banyak faktor seperti tekhnologi.
Perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang
meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Ruang
lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun
demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut
sangat sulit untuk dipisahkan menurut pemikiran S. Soekanto, 1990.
Perubahan sosial budaya
terjadi karena banyak faktor, di antaranya adalah faktor teknologi yang
diciptakan untuk mendukung mobilitas masyarakat yang tanpa di sadari ternyata
juga membawa banyak pengaruh / faktor lain yang meliputi banyak aspek seperti
faktor internal yaitu perubahan pada pola komunikasi perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi. Sedangkan sebab dari
faktor eksternalnya adalah bencana alam, perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Selain faktor pendukung perubahan sosial budaya, terdapat pula
beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang
intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain, perkembangan IPTEK yang
lambat, sifat masyarakat yang sangat tradisional, ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam
masyarakat, prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru, rasa takut jika
terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan, hambatan ideologis, dan pengaruh adat atau kebiasaan.
Terdapat banyak sekali manfaat
positif dari teknologi yang mengacu pada teori Marx, sekalipun dalam realitanya
banyak pula dampak negatif dari teknologi yang terkadang bagaikan dua mata koin
yang saling melekat dari dampak teknologi yang merubah sruktur sosial menjadi
lebih baik hingga sangat buruk, terlebih jika terjadi penyalahgunaan teknologi
untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Untuk meminimalisir dampak negatif dari
penggunaan teknologi adalah kehati-hatian
serta proteksi dan batasan tertentu dari penggunaan teknologi agar tidak
terkena dampaknya atau bahkan menjadi penyebab dari dampak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Duverger,
Maurice, Sosiologi Politik, Jakarta: Rajawali Press, 1982
http://carakaperdanaxiips206.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosial
http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial
http://wikiindonesia.org/wiki/Artifisial
http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon
http://himasio-unsyiah.blogspot.com/2011/11/pengaruh-teknologi-terhadap-perubahan.html
makasih banyak buat infonya,, sangat bermanfaat..
BalasHapushttp://goo.gl/eN9CYC